Pernahkah Anda menyaksikan pertunjukan orkestra? Penampilannya luar biasa. Harmonisasinya sangat mengagumkan. Apalagi bila kita menyaksikan penampilan karya komponis kelas dunia, seperti: Ludwig van Beethoven, Wolfgang Amadeus Mozart, Johann Sebastian Bach, Franz Schubert, Johannes Brahms, dan lain-lain. Kita berdecak kagum karena banyak yang menyebabkan kekaguman itu.
Mengapa pertunjukan orkestra berjalan dengan mulus? Orkestra memiliki manajemen tersendiri. Pertama, setiap pemain menguasai alat musiknya. Kedua,seluruh pemain sepakat memainkan lagu yang sama dalam waktu yang bersamaan. Ketiga, setiap pemain tunduk pada partitur/teks yang dilihatnya. Keempat, dirigen melakukan tugasnya dengan baik.
Para pemain musik bersatu padu untuk melahirkan nada-nada yang indah dan dinamis. Di bawah komando seorang dirijen, lahirlah sebuah tampilan yang memukau. Semua pemain patuh kepada dirijen. Tidak ada yang merasa lebih penting, tetapi setiap pemain berperan secara kolaboratif. Dengan demikian, muncul nada-nada yang indah, bukan nada-nada sumbang, yang menyakitkan telinga.
Masing-masing pemain sudah memahami posisi dan tugasnya. Seorang pemain akan fokus dengan tugas yang diberikan kepadanya. Seorang pemain akan berkonsentrasi untuk memainkan alat musiknya. Mereka hanya berpikir bagaimana memainkan lagu yang sudah diberikan. Tidak akan terlintas dalam pikirannya untuk mencikaraui pemain lain. Kapan mereka memainkan, kapan diam, mereka sudah memahaminya. Kapan melahirkan nada yang tinggi, atau rendah, cepat atau lambat, keras atau lembut, pemain sudah paham.
Kekompakan tim musik ini sangat diperlukan. Masing-masing pemain akan berusaha untuk menjaga kekompakan. Tidak ada yang mendahului, dan tidak ada yang terlambat. Kekompakan akan melahirkan harmonisasi dan penampilan yang sempurna. Kekompakan ini terbentuk dari menajemen yang dilakukan seorang dirijen. Kolaborasi antara dirijen dengan pemain musik, dan sesama pemain musik akan melahirkan penampilan yang luar biasa. Dengan demikian, penonton sebagai penikmat akan merasa puas dengan penampilan orkestra tersebut.
Sekolah juga demikian. Sekolah dibangun oleh sebuah sistem yang memiliki berbagai komponen yang saling berkaitan. Kepala sekolah, wakil, guru, pegawai tata usaha, komite sekolah, merupakan komponen yang saling berkaitan. Masing-masing komponen tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus melakukan kolaborasi. Semua komponen harus berkolaborasi untuk mencapai suatu visi dan misi yang telah ditetapkan.
Setiap komponen hendaklah memahami tupoksinya dan berusaha melaksanakannya sesuai dengan yang diharapkan. Secara mendasar, masing-masing komponen hendaklah memahami visi dan misi sekolah. Dengan demikian, setiap tugas yang dilaksanakan tidak menyimpang dari visi dan misi sekolah. Selain itu, tupoksi masing-masing perlu dijabarkan dalam bentuk perencanaan, baik tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan. Perencanaan merupakan hal penting sebagai acuan dalam menentukan suatu keberhasilan. Yang terpenting adalah memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan tupoksi yang telah diberikan.
Kesamaan persepsi untuk melaksanakan tugas sangat urgen. Persepsi yang sama dalam memahami visi dan misi sekolah, merespon permasalahan yang timbul, dan bagamana meningkatkan mutu layanan pendidikan di sekolah, merupakan suatu keharusan. Dengan persepsi yang sama, masing-masing komponen mampu menjalankan tugasnya sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Bila setiap komponen telah mengacu kepada visi dan misi yang sama, keberhasilan penyelenggaraan pendidikan akan semakin dekat.
Meskipun setiap komponen telah memiliki tugas dan fungsi tertentu, kerja sama masih perlu dilakukan. Keinginan untuk berbagi perlu diciptakan. Dengan semangat kebersamaan, kegiatan yang akan dilaksanakan akan berjalan dengan lebih sempurna. Sikap arogan dan merasa hebat sendiri perlu dihilangkan. Ciptakan kekuatan dengan menggabungkan berbagai kehebatan yang ada sehingga menjadi kehebatan bersama.
Perlu diciptakan komuniasi yang intensif. Komunikasi dapat dibedakan menjadi komunikasi fungsional (functional communication) dan komunikasi nonfungsional (nonfunctional communication). Komunikasi fungsional adalah komunikasi yang memperhatikan hiraki jabatan contohnya laporan bawahan kepada atasan atau koordinasi antar bagian. Sedangkan komunkasi nonfunsional merupakan komunikasi lain yang tanpa memperhatikan hiraki jabatan.
Perlu kita renungkan apa yang disampaikan oleh Sally Zepeda, “Pemimpin yang efektif memahami budaya sekolah (dan) mendukung terciptanya suatu kondisi yang membangun kerjasama, kepercayaan, dan kepedulian, yang merupakan beberapa pertanda dari suatu budaya sekolah yang sehat dan penuh energi.” Semoga sekolah kita seperti sebuah orkestra yang dinamis, indah, dan menyenangkan!
Yusrijal Dt. Makhudun, S.Pd. (Guru SMPN 5 Batusangkar)